New York – Sejarah baru dalam diplomasi dunia tercatat pada Minggu ketika Inggris, Australia, Kanada, dan Portugal secara resmi mengakui Negara Palestina. Langkah ini menandai pergeseran besar dalam kebijakan luar negeri Barat yang selama puluhan tahun menunda pengakuan dengan alasan menunggu hasil negosiasi perdamaian dengan Israel.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyampaikan pernyataan resmi di platform X. “Hari ini, untuk menghidupkan kembali harapan perdamaian bagi Palestina dan Israel, serta solusi dua negara, Inggris secara resmi mengakui Negara Palestina,” ujarnya. Dengan keputusan ini, Inggris menjadi negara G7 pertama yang mengambil langkah tersebut, diikuti Kanada.
Perdana Menteri Kanada Mark Carney menyatakan hal serupa. “Kanada mengakui Negara Palestina dan menawarkan kemitraan kami dalam membangun masa depan damai bagi Palestina dan Israel,” tulisnya.
Menteri Luar Negeri Portugal, Paulo Rangel, menegaskan pengakuan negaranya adalah realisasi dari kebijakan yang konsisten. “Portugal mendorong solusi dua negara sebagai satu-satunya jalan menuju perdamaian yang adil dan berkelanjutan,” katanya di New York menjelang Sidang Majelis Umum PBB yang dimulai Senin.
Reaksi Keras Israel
Keputusan empat negara Barat ini memicu kemarahan Israel. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menilai pengakuan tersebut justru membahayakan eksistensi Israel. “Seruan untuk mendirikan negara Palestina akan mengancam keberadaan kami dan menjadi hadiah absurd bagi terorisme,” tegasnya.
Israel tetap berkomitmen melanjutkan operasi militernya di Gaza, yang menurut Tel Aviv bertujuan menghapus Hamas. Namun, operasi tersebut telah menimbulkan kehancuran besar, kelaparan, dan krisis kemanusiaan yang memicu kecaman global.
Tekanan Publik dan Sejarah Inggris
Pemerintah Inggris menghadapi tekanan publik yang meningkat. Ribuan warga rutin turun ke jalan menuntut pengakuan Palestina. Survei YouGov terbaru menunjukkan dua pertiga anak muda Inggris berusia 18–25 tahun mendukung langkah ini.
Wakil Perdana Menteri Inggris David Lammy mengakui tanggung jawab historis negaranya. “Lebih dari seabad lalu, Inggris berperan dalam lahirnya negara Israel melalui Deklarasi Balfour 1917. Kini, kami punya beban khusus untuk mendukung solusi dua negara,” ujarnya.
Dukungan Internasional
Hingga kini, sekitar tiga perempat anggota PBB—lebih dari 140 dari 193 negara—telah mengakui Palestina. Dengan bergabungnya Inggris dan Kanada, arus dukungan semakin menguat di Barat. Prancis disebut-sebut akan mengikuti jejak tersebut pada Sidang Majelis Umum PBB pekan ini.
Menteri Luar Negeri Palestina, Varsen Aghabekian Shahin, menilai pengakuan ini bukan sekadar simbolik. “Ini memberi pesan tegas kepada Israel bahwa mereka tidak bisa selamanya melanjutkan pendudukan,” ujarnya.
Latar Belakang Konflik
Serangan Hamas ke Israel selatan pada 2023 menewaskan 1.219 orang, mayoritas warga sipil. Sebagai balasan, Israel melancarkan serangan ke Gaza yang menurut data Kementerian Kesehatan Gaza telah menewaskan lebih dari 65 ribu orang—sebagian besar juga warga sipil. Angka ini dianggap kredibel oleh PBB.
Presiden Portugal Marcelo Rebelo de Sousa menegaskan langkah pengakuan negaranya dimaksudkan untuk menjaga harapan. “Dengan bertindak sekarang, kami menjaga tetap hidup kemungkinan adanya dua negara,” katanya.
Dengan dinamika terbaru ini, peta diplomasi internasional terkait konflik Israel-Palestina memasuki babak baru. Semua mata kini tertuju pada Sidang Umum PBB di New York, tempat perdebatan soal perdamaian dan pengakuan Palestina diperkirakan akan semakin mengemuka. *
Sumber : Arabnews | Weblink : https://www.arabnews.com/node/2616150/world