Damaskus – Kementerian Luar Negeri Suriah pada Jumat (22/8) membantah laporan yang menyebutkan bahwa Damaskus akan menandatangani perjanjian keamanan dengan Israel pada September mendatang.
Bantahan ini disampaikan setelah sejumlah media melaporkan bahwa kedua negara akan mencapai kesepakatan di bawah mediasi Amerika Serikat. Media Independent Arabia bahkan menyebutkan bahwa penandatanganan akan dilakukan pada 25 September 2025, setelah Presiden Suriah Ahmad Al-Sharaa berpidato di Sidang Majelis Umum PBB di New York.
Namun, sumber di Kementerian Luar Negeri Suriah yang dikutip Al-Araby TV menegaskan bahwa laporan tersebut tidak benar. “Berita mengenai rencana penandatanganan perjanjian keamanan dengan Israel tidak sesuai kenyataan,” ujar sumber tersebut dilansir dari The New Arab, Sabtu, (23/8/2025).
Menurut laporan, Israel disebut-sebut terbuka untuk mundur ke garis demarkasi yang ditetapkan dalam Perjanjian Pemisahan Pasukan 1974, jika stabilitas di barat daya Suriah dapat tercapai. Meski demikian, sejak kejatuhan rezim Bashar al-Assad pada Desember 2024, Israel telah melancarkan invasi ke sejumlah wilayah Suriah di luar garis disengagement 1974 dan terus melakukan serangan udara dengan dalih melindungi komunitas Druze di Suweida.
Kementerian Luar Negeri Suriah juga mengungkapkan bahwa pihaknya menolak permintaan pemimpin spiritual Druze Israel, Mowafaq Tarif, untuk berkunjung ke Suriah. Penolakan itu dilakukan karena Tarif enggan menyatakan komitmen terhadap keutuhan wilayah Suriah.
Wael Alwan, peneliti di Pusat Studi Jusoor, menilai hubungan Suriah dan Israel sangat kompleks. Menurutnya, kesepahaman tidak mungkin tercapai kecuali Israel menghentikan intervensi militer dan keamanan di Suriah. “Israel telah melampaui wilayah Suriah, terus menyerang, dan mencampuri urusan internal negara,” kata Alwan kepada Al-Araby Al-Jadeed.
Alwan menambahkan, persoalan utama adalah sikap Israel yang kerap tidak berkomitmen terhadap perjanjian maupun janji yang pernah dibuat. “Tidak ada jaminan nyata bahwa Israel akan mematuhi kesepakatan apa pun,” tegasnya.
Meski begitu, ia mengakui bahwa Amerika Serikat sedang berupaya mendorong terciptanya gencatan senjata yang nyata dan berkelanjutan antara kedua negara. Namun, ia menilai normalisasi penuh hubungan Suriah-Israel sulit terwujud, bukan karena keberatan dari pihak Suriah, melainkan karena Israel dinilai belum siap dan enggan memberikan konsesi apa pun.
Sumber : The New Arab | Weblink : https://www.newarab.com/news/syria-denies-reports-it-will-sign-security-deal-israel