Tasikmalaya, Lensa Islam - Islam sebagai agama mayoritas yang dianut bangsa Indonesia sekaligus menjadikan Ahlisunnah Waljamaah sebagai faham keagamaannya maka menjadi penting dibahas bagaimana prinsip-prinsip pokok dan dasar pijakan pemikiran ahlisunnah waljamaah di Indonesia dalam lintasan sejarah Islam.
Untuk itulah Pondok Pesantren Cintawana, Singaparna Tasikmalaya Jawa Barat mengadakan Haul Akbar dengan menghadirkan Seminar Nasional Penguatan Ahlussunnah Waljamaah dalam Perspektif Ormas Islam di Indonesia. Acara tersebut dilaksanakan pada hari Senin, (12/5/25) di Aula Utama Komp Pesantren Cintawana, Tasikmalaya.
Seminar Nasional itu menghadirkan para pembicara antara lain : Dr Ahmad Heryawan (Mantan Gubernur Jabar/PUI), Gus Wafi (NU), Imam Addaruquthni (Muhammadiyah), Dr Harris Muslim (Persis), Prof Dr Didin Nurul Rosyidin (Matla'ul Anwar) serta KH Irvan Hilmi Lc M.Ag dari Dewan Kyai Pesantren Cintawana.
"Ahlussunnah adalah pengakuan terhadap sesuatu yang pokok (ushul) dari aqidah yang sunnah (sunni) atas perintah Allah (Kitabullah) dan Sunnah yang diajarkan Rasulullah (Sunatullah)," tutur Dr Ahmad, Heryawan ketika menjelaskan arti dari Ahlussunnah waljamaah.
Sedangkan Imam Addaruquthni menyampaikan walaupun pada awalnya banyak yang mengklaim semuanya bermanhaj Ahlussunnah waljamaah tapi tidak bisa semuanya disebut Ahlussunnah sebab ada yang jauh menyimpang dan tidak sesuai dengan koridor prinsip-prinsip dasar Ahlussunnah berdasarkan pandangan para Imam-imam dan tokoh utama peletak dasar aqidah Ahlussunnah Waljamaah.
Selanjutnya secara bergantian para pembicara dan narasumber menyampaikan pemaparannya terkait pemahaman Ahlussunnah waljamaah yang dipakai di banyak Ormas Islam di Indonesia dari dulu sampai dengan saat ini. Terakhir sebagai penutup acara seminar nasional itu, KH Irvan Hilmi diminta menyampaikan kesimpulan dan do'a penutup di acara tersebut.
"Yang terpenting bagi Cintawana adalah seperti yang disampaikan oleh Prof Haedar Nashir sebagai Ketua Umum PP Muhamamdiyah dan salah satu alumni dari Cintawana adalah moderasi dan menguatkan literasi dan memperbanyak wawasan. Itulah yang diwariskan oleh pendiri Cintawana," pungkas KH Irvan Hilmi sebelum dirinya membacakan do'a penutup.